Wednesday 23 December 2009

Fraktal dan Nasionalisme Bangsa

Dalam hati setiap warga Negara dari suatu bangsa, haruslah tertanam rasa cinta yang besar pada tanah airnya. Wujud dari suatu bela Negara ada berbagai macam caranya. Memakai produk dalam negeri, itu contohnya. Masuk TNI, itu contoh lain. Jadi PNS, juga salah satu bela Negara. Bangga. Rasa bangga kita sebagai bangsa Indonesia harus ditumbuhkan. Globalisasi itu penting, akan tetapi bukan globalisasi yang keblinger. Harus semuanya terkontrol. Budaya bangsa itu jangan sampe ilang. Jangan malah menganggap rendah bangsa sendiri. Indonesia itu bangsa yang besar. Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai dirinya sendiri.

Sunday 22 November 2009

Memandang Alam. Menatap Fraktal


Saat menatap pemandangan alam, atau setidaknya foto pemandangan alam, akan tercipta suatu perasaan tenang di hati. Atau juga mungkin perasaan kagum terhadap apa yang alam sajikan kepada mata kita, yang terkadang belum pernah kita lihat atau bayangkan. Perasaan itu datang begitu saja tanpa bisa dijelaskan dari mana asalnya. Apakah dari sesuatu yang ada di dalam gambar tersebut, atau mungkin hanya sekedar spontanitas yang entah datang dari mana. Mungkin saat menatap pemandangan matahari terbenam, kita merasa tenang karena warna merah yang begitu indah. Atau saat menatap foto dokumentasi letusan gunung berapi, kita terkejut dan terpana oleh betapa dahsyatnya kekuatan alam. Bisa juga saat kita memandang sebuah foto awan awan, perasaan tenang muncul dari warna biru langit yang menyejukkan mata. Apapun sebabnya, bisa dijelaskan atau tidak, memandang alam merupakan kegiatan yang bisa menimbulkan suatu emosi perasaan yang entah kita tidak tau dari mana datangnya.

Demikian pula halnya saat menatap pada sebuah fraktal. Bentukkan geometri yang tidak lazim dilihat. Komposisi bentuk yang unik. Perpaduan warna warni yang menarik. Semua itu menimbukan suatu perasaan, entah itu perasaan tenang, sedih , gembira, marah, kagum, kaget, dan lain lainnya, yang kita tidak tau dari mana asalnya persaan itu datang. Yang kita tau adalah bahwa saat menatap sebuah fraktal, perasaan itulah yang muncul. Apakah itu dari komposisi fraktal, ataukah dari warnanya, ataukah dari bentukkannya, kita tidak tau. Perasaaan itu muncul begitu saja.


Satu hal yang membedakan keduanya adalah, saat ini kita masih lebih bisa menerima gambar pemandangan alam sebagai sebuah wujud seni daripada fraktal. Padahal keduanya adalah sama. Pemandangan alam merupakan wujud makro dari suatu ciptaan ilahi. Sedangakan fraktal dapat dikatakan sebagai gambaran mikro dari ciptaan tersebut. Akan tetapi pada hakikatnya nilai keduanya adalah sama. Keduanya dapat membangkitkan suatu perasaan yang ada dalam diri manusia. Pun keduanya merupakan sesuatu yang sudah ada secara alamiah. Fotografer, pelukis, maupun fraktalis hanyalah orang orang yang diberi kelebihan untuk bisa menemukan keindahan tersebut, yang dimata orang kebanyakan terlihat sebagai hal yang biasa biasa saja. Oleh karena itu sudah sepantasnyalah kita tidak mempertanyaakan apakah fraktal itu adalah sebuah bentuk seni atau bukan.

Satu hal lainnya yang masih belum bisa diterima masyarakat adalah persepsi bahwa fraktal itu tidak memiliki cerita. Kebanyakan masyarakat lebih menyukai sebuah gambar yang bercerita. Akan tetapi apakah sebuah foto pemandangan alam mempunyai cerita? Jika memang iya, apa sebetulnya cerita foto tersebut? Bukankah itu hanya karangan orang yang melihat, atau hasil renungan sang fotografer? Apa yang sebenarnya diceritakan oleh gambar matahari terbenam? Apa yang diceritakan oleh awan awan berarakan? Apa yang diceritakan oleh gunung api yang meletus? Tidak ada. Semua itu hanyalah gambaran alam yang memang sudah alamiah terjadi. Akan tetapi, dengan kekuatan pikirannya, manusia mencoba mencari cari sebuah cerita dibalik gambar yang dilihatnya, padahal sebenarnya cerita itu tidak ada. Ini karena sifat dasar manusia yang selalu ingin mendapat penjelasan dari apa yang ada. Inilah yang kita kenal sebagai filsafat. Mencari sesuatu dari sesuatu sampai sesuatu itu tak ada lagi.

Hal yang sama juga terjadi pada fraktal. Fraktal, bagi saya adalah gambaran mikro dari alam. Merupakan bagian dari kebesaran tuhan. Namun hanya sedikit orang yang bisa melihat, mengapresiasikan keindahan yang dimiliki oleh fraktal. Jika hanya sekilas kita melihat, maka perasaan yang umumnya muncul di hati kita saat melihat fraktal adalah keterkejutan dan kagum. Itu saja. Akan tetapi jika anda memandang lebih dalam, meresapi apa yang ada dalam gambar fraktal tersebut, anda akan dapat menangkap apa ”cerita” yang ada pada fraktal tersebut. Seperti halnya dengan ilmu filsafat, sesuatu itu baru akan mempunyai makna jika kita merenungi apa yang sebenarnya ada, kandungan dari sesuatu tersebut. Fraktal pun mempunyai cerita, cerita yang akan muncul jika anda mau melihatnya dengan lebih lekat dan lebih dalam, sama seperti halnya anda menatap gambar pemandangan alam.

Sunday 15 November 2009

Selayang pandang apresiasi masyarakat Indonesia terhadap fraktal

Adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi seorang seniman untuk bisa menampilkan karyanya di depan khalayak ramai. Betapa tidak, karya yang selama ini terpendam dalam sangkarnya menjadi bisa dinikmati bersama sama oleh khalayak ramai. Begitu pula dengan saya. saya senang amat bila karya saya bisa sama sama dinikmati pleh khalayak ramai. Maka dari itu, jika ada kesempatan untuk ikut pameran, saya pasti akan mengambil kesempatan tersebut.

Dan kesempatan itu datang pada tanggal 15 november 2009. pada sebuah launching band pendatang baru bernama ”joy climax”, saya turut meramaikan acara terseebut dengan menampilkan beberapa karya saya. Oh, pada awalnya saya amat senang bukan kepalang. Apa yang lama saya inginkan akhirnya bisa diawali, mengadakan sebuah pameran. Meski hanya sebagai pelengkap dari sebuah launcing album, tetap saja saya senang. Maka pun saya mempersiapkan segala sesuatunya dengan sematang matangnya. Mulai dari memilih karya, memasang bingkai, membuat kartu nama, membuat deskripsi karya, dan hal hal lainnya yang dibutuhkan dalam sebuah pameran. Maka siang itu pun saya siap tempur (meskipun tidak bisa berharap banyak).

Begitu datang, apa yang saya duga sebelumnya memang kejadian sungguh. Keadaan yang sepi, adem ayem. Menurut info yang saya terima, yang memeriahkan acara tersebut adalah pameran desain grafis dan pameran foto, setidaknya ada 5 orang yang mengikuti pameran tersebut, saya, arief firdaus, seto buje, seorang wanita yang tak saya tau namanya, serta seorang lagi yang saya tak tau siapa. Namun apa yang saya temui saat saya datang adalah: sepi. Belum ada satu orang pun dari yang akan pameran datang hadir. Maka beberapa saat saya menunggu sambil memajang karya karya saya. Beberapa menit kemudian akhirnya datang satu orang: arif firdaus. Dan ia datang tak sendiri, tapi membawa kabar: seto buje tak bisa datang karena sakit. Dan 2 orang lainnya, saya tak tau kabarnya. Kami tak tau kabarnya, yang pasti sampai acara selesai mereka tak ada.

Apa yang menyebabkan mereka tak hadir saya tak tau. Apa memang mereka ada halangan suatu hal, atau mereka sudah tau bahwa ini hanyalah acara kecil yang takkan mengundang publisitas yang besar bagi mereka?? Saya tak tau, kalau hal itu alasan mereka, maka itu sangat amat disayangkan. Tak usahlah milih milih event. Kalau memang ingin langsung besar, ya tak mungkin. Semua harus mulai secara bertahap. Tak ada yang instan di dunia ini kecuali mie dan kopi.

Oke, itu dari segi pembukaan sebelum acara mulai.

Sekarang di dalam acara.

Well, karena ini blog mengenai fraktal, maka saya akan membahas aspek aspek fraktal di pameran tersebut. Saya menampilkan karya fraktal saya 5 buah: Rage, Hyper-Bacter, Life, Vena, 123456 step from 356526

Lalu kemudian datanglah para pengunjung. Dan apa yang saya pelajari dari pameran ini adalah bahwa pengunjung, yang notabene adalah orang awam, masih tidak peduli dengan bagaimana karya tersebut dibuat, seberapa besar usaha seorang seniman untuk menghasilkan karyanya, teknik apa yang dibuat, dan lain sebagainya. Memang itu adalah suatu hal yang wajar. Saya bisa terima. Apa yang masih belum bisa saya mengerti adalah adat kebiasaan orang orang yang tidak ingin bertanya tentang sesuatu hal yang mereka belum tau. Saya banyak melihat orang orang yang lalu lalang di dekat meja pameran saya, mereka melirik, dengan mata yang agak berkerut tanda mereka bingung ”apa itu?”. namun mereka hanya berlalu. Kesimpulan di kepala saya ada dua: 1) mereka malu bertanya 2) apresiasi seni mereka masih kurang. Kalau itu adalah jawaban ke-2, saya masih bisa maklum. Akan tetapi kalau jawabannya adalah yang pertama, itu yang saya tak bisa maklum. Ini 2009 bung. Bukan lagi jamannya jadi pemalu. Hanya melirik lirik, tak ada keberanian. Tak punya inisiatif. Begitu mereka tau saya memperhatikan mereka, mereka langsung memalingkan muka. Mungkin ini memang sudah jadi adat orang indonesia. Dan merupakan adat yang buruk. Kalau bukan, mungkin ini hanya pendapat saya yang salah. Anda lah yang memutuskan.

Kembali ke pameran. Hal yang saya suka saat menampilkan karya saya ke orang orang adalah kalimat ”WOW” yang mereka ucapkan saat saya menjelaskan apa itu fraktal :). Itu suatu bentuk apresiasi tersendiri bagi saya. Apa lagi saat ada yang bertanya tentang bagaimana proses pembuatannya. Itu sangat saya apresiasi. Dan saya takkan segan segan menunjukkan pada mereka bagaimana cara membuatnya. Well, itu kesan kesan saya dalam pameran tadi sore.

Oke lah, saya capek badan ini rasanya.
Langsung ke kesimpulan saja:

1.
hai orang indonesia, janganlah malu bertanya tentang suatu hal yang kalian tidak tau. Bukankah kalian yang membuat pepatah malu bertanya sesat di jalan?? Atau jangan jangan itu adalah pepatah yang kalian curi dari orang malingsia??

2.
masyarakat indonesia masih amat sangat awam tentang fraktal. Maka wahai para seniman fraktal, dalam sebuah pameran anda perlu mempersiapkan brosur yang menjelaskan apa itu fraktal. Selain itu, karena alasan yang sama, tidak lah perlu menyertakan parameter fraktal anda dalam deskripsi karya. Cukup sertakan judul, nama anda, dan beberapa penjelasan ringan.

3.
wahai para seniman, jadilah orang yang oportunis. Meskipun hanya sebagai pelengkap, namun pameran adalah kesempatan anda untuk dapat berkembang. Dengan demikin anda akan tau bagaimana pendapat orang orang mengenai karya anda, dan jadikan hal ini sebagai masukan, kritik bagi anda, sehingga anda bisa jadi berkembang lebih maju.

4.
sediakan minum yang banyak saat pameran berlangsung. Anda tidak dapat meninggalkan meja anda. Pertama adalah karena kalau anda meninggalkan meja, maka tak ada yang akan menjelaskan karya anda jika ada yang bertanya. Kedua, kemungkinan besar ada banyak pencoleng yang akan mengambil barang barang berharga yang anda tinggalkan (HP, laptop, dll)

oke, sekian laporan selayang pandang mata dari saya. Mungkin tidak terlalu menggambarkan keseluruhan pameran, tapi setidaknya cukup menggambarkan (halah, gajelas :)) sampai berjumpa dalam pameran pameran selanjutnya. Dan perhatikan orang orang di sekitar anda, terutama orang dengan kemeja dan jeans hitam, karena orang itu mungkin adalah saya..

wassalam

btw, ini beberapa foto dari pameran:

Saturday 31 October 2009

Seniman bulan ini: Fauzi Muslim a.k.a ozikArch


Seniman digital Indonesia banyak yang menggelar karyanya di website komunitas deviantArt. Dari sekian banyak saya menelusuri, hanya sedikit seniman Indonesia yang membuat karya fraktal. Ada yang memang serius menekuni fraktal, ada juga yang hanya iseng saja (meskipun menurut saya karya fraktalnya cukup bagus untuk dibilang hanya sekedar iseng). Dari yang sedikit itu, ada satu orang yang menarik perhatian saya. dia adalah Fauzi Muslim a.k.a ozikArch, seniman asal Yogyakarta, yang sebetulnya (menurut pengakuannya) bukan seorang seniman fraktal. Akan tetapi entah sadar atau tidak, ia cukup mendapat perhatian dari komunitas fraktal di deviantArt. Hal ini dikarenakan beberapa karyanya memiliki unsur fraktal di dalamnya, yaitu keteraturan dan perulangan, meskipun tidak dibuat dengan menggunakan algoritma dan pemrograman. Karena keunikan inilah maka saya tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Berikut ini wawancara tersebut.

Nama Lengkap : Fauzi Muslim (Ojik/uzek)
Umur : 22
Tempat Tinggal : Yogyakarta
Website : http://www.ozikarch.deviantart.com


T: siapa (seniman atau siapa pun) yang paling mempengaruhi karya fraktal anda? Kenapa?
J: Karya saya dipengaruhi para seniman dan desainer ini nih:
1- Pembuat batik se-Indosia; Kebijaksanaan Luhur
2- Escher; Misteri awal-mula & morphosis
3- Calatrava; Bentuk, Rangka & Dinamis


T: apakah anda memiliki pendidikan formal dalam bidang seni ataukah memang sudah bakat dari lahir?
J: Bassic Saya di arsitektur, jadi lumayan mengenal seni bentuk dan geometri. Tapi dari kecil sudah suka gambar bebas.


T: sejak kapan dan bagaimana anda bisa tertarik dengan dunia fraktal (atau keteraturan pola seperti yang anda bilang)?
J: Nah, Mulai tertarik fraktal itu.. dulu saya pernah mau ikut salah satu brand distro asal Jogja yang mengangkat fraktal dan batik sebagai Konsep utama mereka, tapi waktu itu skill saya ga bisa mengimbangi aliran ekstreem itu brand, trus ga jadi ikutan. Dari situ saya mulai belajar fraktal & batik 2D cetak vektor dan digital. Lama-lama saya jadi tertarik.


T: bagaimana anda mendaptkan inspiransi dalam berkarya, terutama karya fraktal anda?
J: Biasanya dari apa yang terlihat dan terasa menarik dari keseharian. kadang juga inspirasi yang mengintai saya di balik udara, lalu mereka menjatuhkan karya dari kepala :D


T: sejauh ini, manakah karya favorit anda dari karya yang anda buat? Kenapa?
J: Saat ini Karya favorit saya 'KotaKotak', entah kenapa ya, mungkin karena misteri geometri...


T: saat ini fraktal masih “dipandang sebelah mata” sebagai sebuah karya seni (terutama di Indonesia). Bagaimana pendapat anda?
J: Memang di indonesia sebagian peminat seni sudah terbiasa dengan karya seni yang bercerita / bermakna sehingga mudah dipahami. Lain halnya dengan seni fraktal yang kadang dianggap monoton dan tidak bercerita. Tapi disana-lah letak seni-nya; Keteraturan dan Pengulangan pola. Hm, menurut saya kita perlu lebih mengenalkan seni fraktal pada media yang akrab di semua kalangan, bisa dari sticker, kaos branded, art wall, pajangan, seni kriya, maupun desain perhiasan.


T: tidak seperti fotografi, proses cetak pada seni digital (termasuk fraktal) di Indonesia saat ini belum sepenuhnya diakui sebagai sebuah karya seni, melainkan hanyalah sebagai karya desain. Padahal karya fotografi juga merupakan hasil proses cetak. Bagaimana menurut anda??
J: Benar sekali, seni dan desain itu seringkali seolah Nature Vs artificial. Mereka yang menggolongan karya cetak digital sebagai karya desain dan bukan karya seni biasanya melihat dari campur tangan teknologi pada pembuatan dan output yang dihasilkan sehingga nilai-nilai keindahan karyanya dirasa tidak murni/tidak orisinil dari tangan manusia. Sedangkan Fotografi juga mengandalkan teknologi, tapi Kesan visual foto mengalahkan unsur artificial karena sebuah foto itu seakan menangkap alam apa adanya. Tapi ketika hasil foto terlihat mengalami editing (Seperti iklan baliho dan poster) maka itu sudah dinamakan desain grafis. Dari sudut pandang lain dinamakan karya desain karena memiliki unsur aturan dan permintaan, sedangkan seni merupakan unsur bebas yang penilainnya merupakan olah rasa. Nah, Desain dapat digolongkan kedalam seni tapi seni sulit untuk dikatakan sebagai desain. Menurut saya karya fraktal berada diantara keduannya (produk Hybrid). Akan saya sebut desain ketika menjadi produk bernilai jual, tapi keberadaannya sudah merupakan Karya seni tersendiri. (duh panjang ya :) )


T: selain seni, apa saja kegiatan anda sehari hari?? Hobi, musik favorit, seni lain selain fraktal, atau hal lainnya..
J: Selain seni fraktal, saya suka sketsa, main gitar, dan jalan-jalan sore-sore


T: apa keinginan anda saat ini yang sangat anda inginkan, tapi belom tercapai?
J: Hal akhir yang sangat ingin dicapai tapi sangat susah, Saya ingin bebas dari segala keinginan..


T: apa pesan pesan anda kepada para seniman dan pengapresiasi fraktal di Indonesia??
J: Untuk para seniman dan pengapresiasi fraktal; Mari terus berkarya dan coba turut memberikan kontribusi pada budaya asli Indonesia!


= = = = = = =

Yah, begitulah. Terima kasih kepada mas Ojik atas wawancaranya. Mudah mudahan bisa bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.

Thursday 15 October 2009

Weapon of Choice

Apa itu fraktal telah sedikit terbahas pada postingan sebelumnya. Sekarang, bagaimana fraktal bisa dibuat? Secara “tradisional”, fraktal merupakan hasil perulangan (iterasi) dari persamaan atau algoritma matematis. Perulangan ini bisa mencapai angka puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan kali. Pada pengulangan dibawah lima, masih mungkin untuk melakukan perhitungan secara manual. Akan tetapi biasanya perulangan yang sedikit tidak menghasilakan gambar yang indah secara estetika. Untuk mendapatkan gambar yang baik maka dibutuhkan perulangan yang banyak. Oleh karena itu kita membutuhkan komputer untuk membantu kita menghitung perulangan tersebut.

Ada banyak tipe fraktal yang telah ditemukan sampai saat ini. Ada time-escape fractal (fraktal “tradisional”, seperti set Mandelbrot yang terkenal itu), ada L-system fractal, ada pula yang namanya flame fractal. Berbagai macam perangkat lunak telah diciptakan untuk menghasilkan fraktal yang berbagai mcam tersebut. Mulai dari yang gratis, sampai yang berbayar. Sebut saja fractIn, mind-boogling fractal, tierazon, ultra fractal, apophysis, xenodream, dan banyak lainnya.

Dari berbagai macam yang banyak tersebut, saya memilih apophysis sebagai alat Bantu favorit saya. Hal ini bukan berarti apophysis adalah yang terbaik. Saya juga menggunakan ultra fractal. Akan tetapi, saya dalam menggunakan ultra fractal tidaklah sebaik saya yang menggunakan apohysis.

Apophysis merupakan freeware open source, membuatnya sangat cocok digunakan di Indonesia. Karena merupakan open source, maka kita bisa dengan mudah untuk mendapatkan berbagai plugin dan modifikasi dari perangkat lunak tersebut. Dan, sebagaimana perangkat lunak open source lainnya, apophysis mempunyai komunitasnya sendiri. Dan juga sebagaimana komunitas open source lainnya, orang orang di dalam komunitas ini akan dengan senang hati untuk membantu anda memcahkan berbagai permasalahan yang anda temui dalam menggunakan perangkat lunak tersebut.

Apa kesan pertama anda jika mendengar kata “program open source”? interface dan penggunaan yang amat sangat rumit. Anggapan anda itu tidak salah. Namun juga tidak seluruhnya benar. Apophysis merupakan program pembuat fraktal yang paling intuitif yang pernah saya temui (paling tidak untuk saat ini). Menurut saya apophysis merupakan tool yang sangat bersahabat bagi para seniman yang mengadalkan intuisi dan tidak terlalu memahami masalah coding dan algoritma matematis. Selain itu, anda bisa dengan mudah mendapatkan tutorial tetang berbagai macam teknik yang bisa anda terapkan untuk membuat fraktal dengan perangkat lunak ini.

Tidak, saya tidak dibayar berapapun untuk memperkenalkan apophysis kepada anda. Semua terserah anda. Jika anda senang dan bisa menggunakan program pembuat fraktal lainnya, maka silahkan anda menggunakannya. Atau jika anda ingin membuat program fraktal sendiri, saya akan sangat senang untuk menjadi orang pertama yang mencobanya. Saya menggunakan apophysis karena apophysis “bekerja” untuk otak saya. Pun dalam blog ini saya tak hanya membahas mengenai apophysis saja, akan tetapi saya akan membahas segala sesuatu tentang dunia seni fraktal dan perkembangannya di dunia, khususnya di Indonesia, Negara kita tercinta.

Sekarang, pertanyaan saya: What is your weapon of choice??

Apa bentuk wajah anda?

September, Oktober, November, Desember, merupakan bulan-bulan yang paling sibuk bagi para pengangguran dan orang orang yang ingin menjaga kesejahteraan dan keberlangsungan hidup mereka. Kenapa? Karena di bulan bulan tersebut biasanya lowongan pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil dibuka di banyak instansi pemerintahan. Betapa banyak orang di Indonesia yang ingin menjadi pegawai negeri sipil, sehingga untuk mencari yang terbaik dibutuhkan berbagai tahapan tes dan persyaratan yang amat banyak. Salah satu syarat umum yang diwajibkan pada setiap penerimaan pegawai negeri sipil adalah Surat Keterangan Catatan Kepolisian atau biasa dikenal dengan SKKB (Surat Keterangan Kelakuan Baik).

Untuk membuat SKKB seseorang terlebih dahulu harus mengisi sebuah formulir tentang data diri dan ciri ciri fisik mereka. Salah satu ciri fisik yang menggoda pemikiran saya adalah “Apa bentuk muka anda?”. Pada papan petunjuk pengisian formulir memang ada petunjuk mengenai nama nama dari bentuk muka. Muka seperti ini disebut oval, muka seperti itu disebut kotak, muka seperti begitu disebut segitiga, dan lain sebagainya. Tapi kemudian saya tergelitik untuk bertanya, apakah betul muka ini kotak benar? Segitiga benar? Atau lonjong benar?

Begini maksud saya: dari definisi geometris, kotak adalah bentukan tiga dimensi yang dibentuk oleh enam buah bidang datar yang saling tegak lurus. Sedangkan segitiga adalah bidang dua dimensi yang dibatasi oleh tiga buah garis lurus yang saling menutup di ujung ujungnya. Apakah muka anda memiliki bentukan seperti itu?? Tentu tidak. Akan tetapi manusia suka melakukan pendekatan pendekatan terhadap sesuatu yang tidak bisa mereka ketahui dengan pasti. Maka jadilah bentuk muka kita kotak, segitiga, lonjong, dll. Akan tetapi kita harus berterima kasih pada ilmuan yang telah berusaha untuk membuat suatu bentukan yang tak terdefinisi menjadi sesuatu yang terdefinisi. Dialah Benoit Mandelbrot. Seorang ilmuwan prancis yang menciptakan teori fraktal.

Apa pula itu fraktal? Fraktal adalah cabang ilmu matematik yang dapat menjelaskan definisi dari bentukan bentukan yang tak dapat didefiniskan secara tradisional. Dalam teori matematik tradisional kita hanya mengenal dimensi dari sesuatu sebagai bilangan bulat nol dimensi, satu dimensi, dua dimensi, tiga dimensi, dst. Akan tetapi dalam teori fraktal, sebuah benda bisa memiliki dimensi pecahan, misalkan 1.2, 2.4, 3.6, dan lain sebagainya. Lalu apa gunanya kita mengetahui dimensi dari suatu benda? Yah, katakanlah ini sebagai keingintahuan matematis (mathematical curiosity) dari para ilmuwan diluar sana. Lagipula, bukankan manusia selalu ingin dapat mendefinisikan sesuatu? Apa itu bentuk muka? Apa itu bentuk dari awan? Apa itu bentuk dari pohon? Apa itu bentuk dari gunung? Apa itu bentuk dari segala sesuatu yang tak anda ketahui namanya? alam menyediakan pertanyaan, dan teori fraktal menjawab (sebagian) dari pertanyaan pertanyaan tersebut.

Seperti dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa adalah dikatakan fasek seseorang yang sudah mengetahui suatu kebenaran, kemudian ia mengingkarinya. Demikan pula dikatakan “fasek” orang yang telah mengetahui bahwa dimensi suatu benda tak selamanya harus bilangan bulat, bisa berupa pecahan, akan tetapi ia kemudian mengingkarinya.

Jadi, jika sekarang anda ingin bikin SKKB di kantor polisi dan menjumpai pertanyaan “apa bentuk muka anda?”, maka anda tahu harus menjawab apa, bukan?