Monday 31 October 2011

Audiensi Bersama Tom Wilcox: Sebuah Ulasan

04.30 Dini hari waktu Indonesia, 31 Oktober 2011, atau 30 Oktober waktu amerika sana. Saya mendapat kesempatan untuk menjadi salah seorang panelis dalam sebuah acara talkshow online bersama seorang seniman fraktal senior. Senior dalam artian pengalaman dan juga umur. Ia adalah Tom Wilcox. Seniman berusia 67 tahun asal Wisconsin amerika serikat ini sudah sejak lama menggeluti kesenian fraktal sejak awal munculnya perangkat lunak fractint pada era ’80-an. 


Jujur saja, saya pun sebenarnya tidak terlalu mengenal secara mendalam siapa itu sosok Tom Wilcox, baik dari karyanya, maupun secara personal. Akan tetapi, yang membuat saya tertarik untuk menyetujui undangan sebagai seorang panelis dalam acara talkshow tersebut adalah beberapa buku berisi gambar-gambar fraktal Tom telah diterbitkan secara internasional. Selain itu, beliau juga memegan 20 hak paten dari berbagai macan jenis. Dalam halaman pribadinya di deviantART, beliau juga merupakan salah satu member senior, sekaligus menerima penghargaan Deviousness Award. Deviousness award merupakan sebuah penghargaan yang diberikan kepada member deviantART yang dinilai berkontribusi besar dalam mengembangkan komunitas yang digelutinya. Saya tidak tahu apa yang telah dilakukannya sehingga mendapatkan penghargaan tersebut. Ada dua kemungkinan mengapa saya tidak tahu, yang pertama adalah mungkin karena pada saat beliau menyumbangkan kontribusinya, saya belum aktif dalam komunitas fraktal, atau yang kedua adalah karena prestasinya di dunia nyata (dalam bentuk terbitan buku) lah yang membuatnya mendapatkan penghargaan tersebut. Adapun buku-buku yang pernah diterbitkannya pun saya belum pernah membacanya. Hal itu makin menambah rasa penasaran saya mengapa beliau bisa meraih prestasi sebegitu besar dalam usianya yang tidak bisa dikatakan muda.

Okey, ada beberapa hal yang saya baru ketahui pada saat acara tersebut berlangsung. Ada pula beberapa hal yang saya pelajari sebagai efek samping dari acara tersebut. Efek samping yang dimaksud disini adalah perbincangan yang kami (saya dan teman-teman fraktalis lainnya) lakukan di ruangan lain selain ruangan yang dipakai sebagai chatroom utama. Akan saya uraikan dalam bentuk poin agar saya dapat menjelaskannya dengan lebih fokus, dan pembaca (saya harap) dapat memahaminya dengan lebih mudah.

1)  Tom Wilcox pada 27 oktober ini tepat menginjak usia 67 tahun. Usia yang sudah cukup matang bagi seorang seniman. Akan tetapi, ia bukanlah seorang seniman biasa, melainkan seniman digital. Seni digital, sudah pasti harus dilakukan dengan menggunakan media digital, yaitu komputer. Di usianya yang sudah senja, Ia masih mampu dan bisa untuk mempelajari berbagai perangkat lunak pengkreasian fraktal yang notabene perkembangannya sangat pesat. Perangkat lunak pengkreasi fraktal paling baru saat ini adalah mandelbulb3D. Bagi sebagian orang, perangkat lunak ini memiliki desain antarmuka yang kurang bersahabat, termasuk bagi saya. Akan tetapi, dengan keuletan dan kemauannya untuk belajar, Tom Wilcox berhasil mempelajari bagaimana cara mengoperasikan perangkat lunak tersebut. Hal tersebut membuat saya terkagum. Sebagai seorang seniman sejati, umur bukanlah menjadi suatu alasan untuk tidak mempelajari hal-hal yang baru.

2) Tom Wilcox mengakui dirinya sebagai orang yang hanya dapat mengetik dengan menggunakan dua buah jari, masing-masing satu jari dari kedua tangannya. Hal ini dapat dimaklumi karena pada usianya yang uzur, tentu ia tidaklah aktif menggunakan media chatting sebagaimana sering dilakukan anak muda jaman sekarang. Dengan demikian kemampuan mengetik yang dimilikinya bisa dikatakan rendah. Untuk mengatasi kekurangannya tersebut, maka pada saat acara audiensi tersebut berlangsung, Tom ditemani oleh seorang asisten yang membantunya untuk mengetikkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Tanpa bantuan asistennya, maka ia tidak akan bisa mengetikkan jawaban dengan cepat.

Nah, sekarang coba pikirkan. Seorang seniman berusia 67 tahun, menggeluti bidang seni digital. Hanya memiliki kemampuan mengetik dengan menggunakan dua jari. Bagaimana ia tetap produktif menghasilkan karyanya? Saya merenungkannya cukup lama dan hanya muncul satu kata dalam pikiran saya: kesabaran. Ya, dengan kesabaran. Tom Wilcox, dengan keterbatasan dan passionnya yang besar terhadap seni digital, dibarengi dengan kesabaran dalam mengkreasikan karyanya, membuahkan hasil yang besar, yang dapat dibanggakan. Semuanya adalah buah dari kesabaran.

3)  Pada saat saya mendapatkan giliran untuk melontarkan pertanyaan, pertanyaan yang saya ajukan adalah “apa arti dari karya-karya anda bagi anda sendiri?” (tentu saja saya menggunakan bahasa inggris :p). Selang beberapa waktu ia menjawab, kira-kira begini jawabannya jika diterjemahkan dalam bahasa indonesia: 

 Jika saya menyukai suatu hal maka saya juga ingin orang lain menyukainya. Adalah munafik seorang seniman yang berkata bahwa ia membuat karya untuk dirinya sendiri, dan kemudian mempublikasikannya. Anda mempublikasikan karya anda karena anda ingin karya anda dinikmati oleh orang lain. Disukai oleh orang lain. Maka dalam berkarya, saya tidak berkarya untuk membuat senang diri saya sendiri. Saya berkarya agar dapat membuat orang lain yang melihat karya saya juga turut merasakan senang, sebagaimana saya senang terhadap karya tersebut.

4)   Salah satu efek samping seperti yang sudah saya ungkapkan di atas adalah terjadinya sebuah perbincangan menarik antara kami, sebagai sebuah komunitas. Dalam perbincangan sampingan tersebut, kami berbicara tentang bagaimana kondisi komunitas fraktal pada generasi pertama dan generasi sekarang, generasi kedua. Mengapa ada pembagian generasi dalam komunitas fraktal mungkin pembaca sedikit bertanya-tanya.

Memang, tidak ada kesepakatan tertulis mengenai hal tersebut. Saya lah yang membuat penggenerasian tersebut. Saya, sebagai orang yang masuk komunitas fraktal pada masa peralihan antara generasi pertama dan generasi kedua, merasakan bagaimana keadaan status quo. Kekosongan kekuasaan. Ketiadaan pemimpin dalam sebuah komunitas. Dimana generasi pertama masih berusaha untuk mengais-ngais sisa kejayaannya, sedangkan generasi baru sudah menggeliat ingin menunjukkan kemampuannya.

Lalu mengapa generasi pertama bisa habis? Memang, tidak semua orang dari generasi pertama pergi meninggalkan fraktal. Ada sebagian yang bisa tetap bertahan menghadapi drama yang terjadi, dan sampai saat ini masih aktif dalam seni fraktal dan menjadi panutan. Sedangkan sebagian yang lain memilih untuk pergi meninggalkan fraktal. Kehancuran mereka, disebabkan oleh karena keogoisan mereka sendiri. Memang, ketika itu mereka masih dalam usia yang muda. Masih dalam usia belasan tahun, mungkin setingkat SMA. Emosi yang meledak-ledak digabung dengan kekuasaan yang besar memang bukan suatu kombinasi yang baik. Akibatnya, mereka tidak bisa mengontrol egonya masing-masing. Salah satu dari generasi pertama yang ikut dalam perbincangan tadi pagi adalah Penny5775. Ia berkata, 
"Sebuah komunitas adalah cerminan dari keadaan pemimpinnya. Jika pemimpinnya baik, maka baik pula lah komunitas tersebut. Jika pemimpinnya jelek, maka rusaklah komunitas tersebut."
Ini, memang adalah sebuah konsep yang sangat mendasar. Akan tetapi konsep dasar ini sering dilupakan banyak orang dan berakibat fatal bagi mereka dan orang di sekitarnya.

Demikian itu tadi secuplik ulasan saya tentang acara audiensi bersama Tom Wilcox. Sangat disayangkan bahwa para panelis tidak bisa mengajukan semua pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya karena berbagai macam keterbatasan yang ada. Akan tetapi, dari acara tersebut saya banyak mengambil pelajaran, baik dari pihak penyelenggara, dari narasumber, maupun dari perbincangan sampingan yang terjadi.

Jika pembaca ingin mengetahui apa saja pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para panelis secara lengkap dalam acara tersebut, akan tersedia chat log yang sedang disiapkan oleh penyelenggara dan akan dipublikasikan dalam waktu dekat (update akan saya beritahukan dalam blog ini juga).

Demikian dari saya, semoga bermanfaat bagi para pembaca. :)